Biarlah manusia berencana, lalu saling mengecewakan. 
Agar mereka belajar penerimaan, bahwa Tuhan jua yang menentukan. 
Apapun yang tertulis dulu, sekarang, dan nanti, hanya akan menjadi kenangan pada akhirnya. 

maka kau yang menentukan, ingin dikenang seperti apa? 

Dimas

Kepada kamu yang menggapai cita, mengejar asa
Berlari diburu waktu ...

Aku menulis ini jauh sebelum kau menjabat tangan ayah.
Aku menulis ini jauh sebelum kau memindahkan surga dari telapak kaki ibu.
Aku menulis ini jauh sebelum senyummu menjadi pahala bagiku.

kepada kamu..
yang kutitipkan segenap harapan
dan cerahnya masa depan
Kepada kamu..
Yang tidak mempertanyakan kelamnya perjalanan
Yang tidak menjadikan tiap pertanyaan gambaran akan keraguan
Kepada kamu, yang kupercayakan untuk mewarnai hidupku,
membolak balik perasaanku..

Tolong
jadikan setiap langkahku berarti
hargai tiap usaha yang nanti kelak kulakukan untukmu
dan jadikan lah dirimu pintu surga bagiku..

#10


Your expectations are yours alone, 
spawned from your experiences and locked in your head. 
Adalah aku yang merasa paling benar lalu menyalahkan keadaan
Adalah aku yang merasa harus selalu diutamakan
Adalah aku yang selalu ingin diutamakan
Adalah aku yang merasa bahwa seharusnya memang begitu
Ternyata hanya aku..
Karena seharusnya aku yang mengejar jika tak ingin kau berjalan terlalu jauh
Seharusnya aku yang memanggil sebelum kau berpaling
Seharusnya aku yang melakukan apa yang aku ingin kau lakukan.

husnuzhon

Bertanya tentang situasi yang terjadi
Bertanya dengan sedikit memaksa, tentang keadaan yang dialami
Lalu mulai memaksa dan sedikit menggugat mengenai apa yang diberikan
Mulai menilai dengan pandangan selebar telapak tangan tentang mana yang pantas dan tidak
Mulai lelah..

Lalu ia dibuat berdiri terdiam,
Tergugu di pinggir ruangan

‘kali ini kau hanya boleh mendengar’
‘kau bertanya tentang apa yang terjadi?’
‘kau pernah bertanya dengan cengeng nya seperti anak kecil yang tidak diberikan permen’
‘kau pernah memaksa dengan pandangan yang begitu tajam nya, namun tak mengaku marah saat ku tanya apa yang kau rasa’
Aku bisa membolak balik hatimu dengan mudahnya, apalagi semua keadaan ini.
Lebih baik kau berbaik sangka pada Ku .

Karena Aku sesuai dengan persangkaan hamba Ku. 

ketika diantara

lagi lagi terjebak diantara pilihan pilihan,
yang menjadikannya lebih rumit adalah kali ini ia tidak memilih sendiri.
Tragis mungkin, tapi apakah ada yang bisa memberi solusi?

Semuanya kembali terdiam, tergugu, tergagap jika sesekali di todong dengan pertanyaan yang sama.
"apa ada yang lebih baik?"

Seperti bidan bidan yang lalu lalang di rumah sakit malam itu, serba terburu buru. Entahlah kali ini siapa yang ingin diselamatkan, barangkali diri mereka sendiri.
Belum cukup adu argumen yang selalu berakhir dengan tanpa kesepakatan kecuali mata yang sama sama sembab, belum habis segala alasan yang selalu diutarakan bahkan belakangan mulai ditekankan.
Dan semuanya telah berubah.
Entah siapa yang memulai.
Entah kapan dimulainya.

Mungkin gadis itu tak akan pernah cukup bijak untuk dianggap dewasa hingga diberi kebebasan memilih dengan tanpa perlu memaksa.
Mungkin wanita itu tidak pernah bisa menghilangkan bayang masa lalu yang akhirnya menjadi kekhawatiran luar biasa yang perlahan melukai ia dan gadisnya, tanpa disadari.

***
Di lembar kedua, pria itu menjalani hidupnya sendiri entah dengan cerita model apa.
Cinderella nya yang sibuk mencari sebelah sepatukah? Putri tidurnya yang tak pernah tersadar akan hal yang telah dimiliki? Atau mungkin ia tengah sibuk merayu ibunda agar tidak mengutuknya menjadi malin kundang.

***
Meja makan bundar berdiameter sekitar satu meter, dengan lima bangku di sekelilingnya yang terisi penuh tetap tak cukup ramai untuk mengalahkan pembicaraan ia dan pikirannya. 
Apakah kemudian ada yang bertanya apa yang dirasakan?