Terjebak diantara pilihan-pilihan yang sulit sama sekali tidak menyenangkan. Bukan hanya baginya, ia yakin bahwa semua orang diluar sana juga begitu.
Tepat disaat ia mulai banyak berharap, lelaki itu justru memaksanya untuk membuat keputusan yang sangat tidak mudah baginya. meninggalkannya. Tidak, bukan ia yang ditinggalkan , ia justru meninggalkan. Tidak sekuat yang terlihat, jauh didalam hatinya justru ia bertengkar dengan perasaannya sendiri. Justru ia yang berjuang keras untuk tidak mengikuti kemauannya, tapi ia juga yang berjuang mati-matian meyakinkan diri sendiri. Bahwa mereka memang tidak bisa bersama lagi.
‘kita mulai tidak sejalan’ katanya berulang kali . entah pada siapa.
Mencoba meyakinkan diri dengan semua hal itu, tapi justru semakin tersudut dengan semua kenyataan.
2,5 tahun bukan waktu yang sebentar untuk saling mengerti , berusaha terbuka, apalagi memahami orang lain . namun ternyata disitulah garis akhir mereka . 2.5 tahun yang cukup untuk diingat. Cukup untuk membuat hatinya bimbang, cukup untuk membuat jarak yang terlalu jauh diantara mereka ketika mereka berusaha untuk tidak saling melirik hati satu sama lain walaupun sama2 tahu apa isinya. Cukup untuk menjadikan pertemuan2 yang dulu begitu diharapkan menjadi sesuatu yang paling dihindari . cukup untuk menebak-nebak apakah memang ini keputusan terbaik ?